Kamis, 31 Januari 2013



Pembukaan SHARE ala sunda

Rabu ini saya harus menghadiri rapat pertama di pustaka sekolah dasar yang tidak terlalu jauh dari rumah. Jam 8 sudah saya mulai dengan berkumpul di rungan itu bersama teman-teman membicarakan kegiatan pembukaan sekaligus penyambutan anak SGI.  Rapat ini memang fokus untuk membicarakan kegiatan penyambutan anak sgi IV yang sudah tertunda selama dua hari. Saya  sendiri banyak menghabiskan hari dengan keluarga baru saya, memang tak banyak yang bisa saya lakukan selain bercengkrama dan mengakrabkan diri dengan keluarga harus saya itu, keluarga besar pak Subay sareng bu Popoy. Kebersamaan saya bersama mereka sepertinya berlansung sukses, buktinya beberapa saat saja kami sudah saling bercanda dan menjadi akrab. Hari itu kami habiskan dengan cerita nostalgia ibu dengan kenganan sgi III, yang masih lekat kuat di ingatan, mereka, mulai dari kisah lucu sampai kisah sedih saat berakhirnya KKN SGI III, mereka paparkan kesaya. Berulang kali ia ceritakan beberapa kejadian yang masih mereka ingat, bahkan mereka sampai hafal semua nama kakak SGI itu. Aku hanya tersenyum senyum mendengarnya. Begitu akrab dan senangnya mereka dengan kegiatan sgi III.
Malam harinya, acara pembukaanpun dimulai bertempat dirumah sekolah, serah terima kkn SGI help& care IV yang sempat tertunda dua hari, akhirnya diselenggarakan disekolah dasar 3 cidikit, tak jauh dari rumah  pak subay bapak angkat saya. Saya mengajak ibu dengan semangat, selepas kami melaksanakan sohlat jemaah, kami berkemas menuju sekolah,malam itu ternyata hujan mengawali malam dengan lebatnya, akan tetapi saya dan keluarga tetap menuju sekolah, senang sekali rasanya melihat sambutan  mereka yang semangat menghadiri kegiatan pertama kita.
Acara dimualai sekitar jam delapan,hujan yang membasahi perkampunganmembuat jalanan menuju sekolah menjadi sangat becek. Tapi aku dan keluarga baru ku tak terpengaruh dengan cuaca ini, kami tetap saja bersemangat mengikutinya, semua keluarga besar bu popoy hadir malam itu, abah, ibuk, pak subay, bu popoy, dan tiga orang anak nya besikeras ikut ke acara opening KKN SGI 4 walaupun mereka besoknya akan ujian semester. acara dibuka oleh kang Elan dengan bahasa sunda, sebagai salah satu usaha menyesuaikan diri dengan warga tambleg yang memang bersuku sunda. Walau saya hanya cengak-cengok saat itu, tapi sudahlah itu tak jadi soal buatku. Satu persatu rangkaian kegiatan dimulai dan kami pun sudah masuk pada penjelasan program yang akan kami usung selama di tambleg, dengan tema tambleg cerdas dan sehat satu satu ketua program menjelaskan program yang sudah jauh jauh hari di persiapkan tim.
Dengan sedikit di campur campur bahasa sunda lagi lagi kami berusaha menyesuaikan bahasa dengan orang sunda yang menetap disini. Sekarang saat nya memperkenalkan diri, semua tim dipersilahkan tampil di depan panggung untuk memperkenalkan diri. Penuh sudah panggung depan itu di isi oleh 29 orang SGI 4, dengan pengantar yang nyunda, saya orang kedua yang memperkenalkan diri mencoba memperkenalkan diri dengan bahasa sunda juga, mulai lah saya bicara “ asslamualaikum warahmatullahi wabarakatu” perkenalkan name abdi nov lestari, abdi linggi ti bumina bapak subay. Sesingkat itu saja yang saya bisa. Tenyata  tidak hanya saya yang berfikir untuk menggunakan bahsa sunda, walau mereka tak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan sehingga mereka banyak yang salah ucap dan mengundang tawa hadirin yang ada diruangan tersebut, salah satu teman tampil memperkenalkan diri dengan pedenya, assalamualaikum, name abdi darni, abdi linggihna ti bumi Indonesia. Serempak orang tertawa mendengarnya karena dalam bahasa sunda BUMI berarti rumah, sehingga kata bumi Indonesia terdengar lucu. Seolah maksa memamng menggunakan bahasa sunda malam itu tapi bagi kami itu menjadi moment yang tak terlupakan bagi kami sgi.


KERAMAHAN TAMBLEG, KEKAYAAN INDONESIA

Mengenal tambleg bagaikan memutar waktu kembali ke zaman dahulu lagi, yaitu awal terbentuknya sebuak kota dan peradaban yang modern. Tambleg merupakan salah satu perkampungan yang ada di pedalaman Indonesia.  Wilayah yang subur nan indah ini hampir tidak di kenal oleh sebagian besar orang, karena memang kampung ini terlelak di ujung negri, jauh  dan terpencil, bahkan untuk mencapai tambleg itu, membutuhkan perjalanan berjam-jam dari kota bogor. Tambleg adalah salah satu wilayah tertinggal di kabupaten lebak banten. Berada jauh di puncak bukit membuat tamblek sulit dicapai dengan kendaraan biasa. berdiri di puncak bukit tambleg, kita bisa menyaksikan hamparan sebagian pulau jawa sampai lautan lepa s. Akan tetapi di kampung ini, tersimpa sebuah peradaan yang murni, sebuah potret keraman bangsa kita, Indonesia.
Kampung tambleg adalah salah satu kampung kecil di desa cidikit kecamatan  bayah, lebak-banten. Kampung yang dihuni oleh 160 kepala keluarga ini hidup rukun dan penuh dengan rasa kekeluargaan yang tinggi antar sesama mereka. Saling menghargai, dan tolon menolong dalam hal apapun masih kentara di sini. Kampung yang berada di tengah lembah ini memiliki nilai nilai yang masih mereka pegang kuat.
Baru  dua hari saya menginjakan kaki di kampung yang dihuni oleh orang suku sunda ini, saya sudah merasakan keakraban kenyaman bersama mereka, perkampungan subur di atas bukit dan lembah nan subur, menyimpan banyak potensi alamnya menawarkan kedamaian bagi penduduknya, sebagian mereka adalah petani, yang setiap harinya memulai aktifita mereka dengan pergi keladang dan kekebun, ketika ayam mulai berkokok dan mentari merentas sinal lembutnya di sela sela daun, saya menyaksikan ramainya orang-orang mengenakan tudung-tudung lebar, parang, tas plastic serta bekal yang di gendong dengan kain, memenuhi jalanan di perkampungan itu. pemandangan itu berlansung setiap pagi dan sore hari, kecuali pada hari jumat dan minggu saja karena memang pada hari adalah hari libur bagi penduduk kampung tambleg.
 Di kampung itu saya tak merasa asig sedikitpun, kecuali hanya asing dengan bahasa mereka, karena mereka terbiasa menggunakan bahasa sunda sedangkan saya hanya tau bahasa Indonesia dan minang saja. Akan tetapi walaupun merekan tidak mengerti dengan bahasa Indonesia, mereka pantang untuk mncuekan tamu yang hadir di rumah dan kamoung mereka. Sepanjang jalanan dan setiap kali saya berpapasan dengan  orang kakmpung tambleg, selalu terlempar senyuman dan sapaan ramah dari mereka, tak jarang kami di ajak singgah kerumah sekedar mencicipi “lantak”, yaitu mkanan ringan yang tak pernah absen mengisi rumah-rumah warga. Begitu juga bila berpapasan dengan anak anak-anak atau remaja, mereka tanpa segan-segan akan menyapa saya satu persatu menyium tangan saya, ya begitulah keramahan dan kesantunan orang kampung itu. kampung itu membuat waktu berjalan tak terasa, dan begitu cepatnya.
Salah satu nilai yang saya rekam di kampung tambleg adalah keramah tamahan mereka. Keramahan mereka, kedamaian kampungnya, serta keindahan alamnya, membuat banyak orang yang datang kesana merindukan untuk kembali lagi. Penduduk kampung tambleg begitu terbuka dan menyenangkan. Bagi mereka kedatangan orang baru yang berkunjung kekapung mereka adalah suatu kebanggaan tersendiri. Senyum ramah selalu tersungging ketika bertemu dengan tamu tamu yang menyinggahi mereka. Suguhan makanan kecil dan makanan lain, selalu hadir menemani obrolan-obrolan kecil di setiap rumah.  Datang kekampung ini bagi orang baru bukanlah menjadi hal yang menakutkan, karena  mereka akan menemui warga yang selalu tersenyum ramah menemani kahadiran kita dengan senang hati.
Keramah tamahan kampung ini, memang menyimpan pesona tersendiri, yang memberikan kenyamanan kepada setiap orang yang datang. Tak ada beda bagi mayarakat tambleg memperlakukan  orang kain dengan keluarga mereka.
Kedatangan saya ke tambeg menyisakan banyak cerita dan kenangan yang akan saya abadikan dalam perjalanan hidup saya. berada ditengah tengah keluarga baru kerap kali membuat saya sungkan dan ragu-ragu, bahkan saya sering merasa ketidak nyamanan karena mesti menyesuaikan diri dengan tuan rumah dan segalan aturan-aturan  di keluarga itu. Akan tetapi bermalam dan tinggal bersama warga tambleg, di tengah orang baru  yang jauh berbeda dengan saya sebagai orang yang berdarah minang kabau ternyata tidak membuat resah. Mereka begitu menghargai tamunya, serta melayani tamunya  dengan baik.
Keramahan dan kesantunan warga tambleg, tidak hanya dapat saya lihat di senyum senyum ibu- ibu tua dan mereka yang sudah dewaasa saja, bahkan pemuda dan anak-anak di tambleg masih memelihara nilai-nilai kesantunan dan keramah tamahan orang Indonesia asli. Hal ini benar-benar membuat saya terpesona dengan keanggunan dan keramahan bangsa Indonesia.
Disini saya menyadari betapa bangsa Indonesia memiliki satu potensi luarbiasa, satu norma dan nilai yang begitu tinggi, keaneka ragaman dan kemajemukan bangsa ini, serta kerukunan penduduknya dengan perbedaan tersebut, membuat saya semakin mencintai dan menyadari betapa hebatnya Indonesia.