Jumat, 17 Januari 2014

[TERNYATA] LESSON PLAN PENTING!!



Pengalaman saya ketika masuk dan keluar kelas membawakan pelajaran yang menjadi tugas saya di depan beberapa orang siswa mengajarkan tentang satu hal, yaitu proses pembelajaran hanya kan dapat berlansung dengan baik dan memuaskan [saya dan siswa] saat saya mengajar dengan mempersiapkan segala sesuatunya, tidak hanya persiapan administrasi mengajar akan tetapi persiapan mental dan fokus dalam menghadapi kelas.
Saya pernah beberapa kali membandingkan, kelas tanpa persiapan dengan kelas yang telah saya persiapan bahkan beberapa hari sebelum di mulai. Hasilnya sangat jauh berbeda. kelas yang saya ajar tanpa persiapan berjalan dengan kering, kaku dan tidak memiliki antusias dari siswa siswa saya. Sementara kelas yang saya persiapkan berjalan dengan penuh antusias dan memuaskan, dan itu terpancar dari wajah wajah siswa yang saya ajar.  Saya selalu memiliki beberapa ekspektasi pada siswa saya, saat saya membuat satu scenario pembelajaran untuk mereka, seperti kemampuan nalar, keberanian menyampaikan pendapat, kepercayaan diri, serta kemampuan menghargai orang lain. Dalam pikiran saya hal itu lebih membuat saya merasa berhasil ketimbang hasil kognitif semata dari latihan yang mereka kerjakan. Di kelas yang tidak ada persiapan sebelumnya, hanya kan berlansung datar, tanpa ada inovasi pembelajaran yang mampu saya tawarkan, biasanya saya lansung masuk pada materi dengan cara konvensional, yaitu buka buku, baca, dan jawab pertanyaan, kemudian saya tambahkan dengan ceramah, walaupun saya paksakan ada game dan inovasi, biasanya  terkesan asal tanpa tujuan, yang jelas kelas tersebut berjalan sebagaimana adanya saja tanpa ekspektasi tertentu yang bisa saya capai.
Membandingkan kedua pengalaman ini serta perasaan puas yang di hasilkan setelahnya, membuat saya berfikir untuk terus berusaha mempersiapkan diri saya baik secara administrative maupun secara mental saat akan menjumpai siswa di kelas.
Membuat rencana pembelajaran atau yang sering kita sebut dengan RPP nyatanya memang tidak selalu mudah dan menyenangkan, namun keberadaan RPP amat membantu saya untuk mengorganisir kegiatan pembelajaran dengan lebih baik di banding tidak membuatnya.
 Banyak guru saat saya ajak berdiskusi mengaku tidak membuat RPP selama mengajar, bahkan ada yang mengatakan bahwa RPP hanyalah satu formalitas yang juga tidak aplikatif saat berada di kelas. itulah yang kemudian membuat mereka merasa tidak membutuhkan rpp. Mungkin benar, tapi klo boleh jujur(ya, memang tidak ada yang larang juga sih,,hee)   jujur saya katakan bahwa hal itu lebih tepat di disebut sebagai pembenaran semata atas ketidak siapan mereka dibanding kebenaranya.
Ada satu persepsi yang mungkin harus di perbaharui tentang keberadaan RPP, apa sebenarnya fungsi RPP bagi guru? apakah untuk memenuhi tuntutan administrative kenaikan pangkat saja? Atau memang menjadi acuan mereka saat akan mengajar di kelas? lantas bagaimana sebenarnya format RPP yang baik itu?
Untuk pertanyaan pertama, saya mencoba membaca beberapa pengalaman guru-guru yang di kenal dan bahkan terkenal karena prestasinya dalam mengajar, dari pengalaman yang mereka lakukan dan kemudian mereka sampaikan, peran RPP lebih  sebagai acuan dan alat ukur kinerja guru dalam mengajar di banding sebagai administrative semata. Karena saat guru akan membawakan satu materi, beberapa hal yang mesti di ingat, bahwa mengajar tidak hanya sekedar memindahkan informasi buku kepada anak, malainkan memberikan pengalaman belajar  dan membuat anak mampu menyerap nilai nilai kebaikan disamping beberapa materi yang di sampaikan dengan cara menarik dan menyenangkan. Nah saat guru berfikir akan menciptakan pengalaman menarik dan menyenangkan dalam setiap pertemuan yang dibawakan, disinilah ancang ancang kegiatan tersebut (RPP) menjadi penting.  Tidak hanya itu, saat guru tersebut tidak bisa hadir dan harus di gantikan guru lain maka bukan berarti anak- anak kehilangan hak mereka untuk dapat di ajar dengan baik, untuk mempertanggung jawabkan tugas tersebut,  maka RPP akan sangat membantu guru pengganti menjalankan kegiatan belajar dengan baik, sehingga walaupun kita tidak masuk, siswa masih tetap dapatkan hak nya untuk belajar sesuai jadwal.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanakah format RPP yang ideal, dalam definisi saya RPP atau lesson plan tidaklah mempunyai format yang baku seperti yang di berikan pemerintah, RPP sepenuhnya berada di tangan guru.  Hakekatnya sebuah lesson plan adalah alat bantu guru dalam mengajar di kelas.  Nah, sudah bisa di pastikan setiap kelas memiliki kondisi yang berbeda beda, oleh karena RPP yang baik adalah RPP yang menyajikan  tujuan pembelajaran, indikator yang harus di capai, serta prosedur kegiatan pembelajaran dengan jelas. Kemudian guru bisa menambahkan dengan menyertakan strategi mengajar, metode yang akan di pakai, serta bentuk evaluasi pembelajaran.
Tentang format RPP atau lesson plan itu sendiri terserah kepada guru, apakah  mengikuti format baku pemerintah, atau merancang sendiri format lesson plan nya, saya pikir sah sah saja. Namun dari beberapa sumber yang saya baca ada beberapa format lesson plan yang mengacu pada teori pembelajaran dari berbagai ahli, misalnya teori Quantum Learning dari Bobi de Porter, Contextual teaching and Learning(CTL) dari Elaine B. Jhonson , acceselerated Learning dari Collin Rose dan Multiple Intelegence Learning dari Munif Chatif.  Masing  masing model pembelajaran diatas memiliki format lesson plan yang berbeda beda.
Beberapa catatan yang selalu saya ingat adalah, bahwa keberhasilan dan kegagalan siswa dalam satu mata pelajaran adalah refleksi tingkat  keberhasilan guru dalam mengajar mereka.  peran guru itu tidak hanya memindahkan informasi melainkan       mendidik.  mendidik akal, mendidik tingkah laku, mendidik mental atau sikap. Oleh karena di tangan gurulah kualitas masa depan, maka guru menjadi berkewajiban menyiapkan diri sebaik mungkin, demi masa depan yang lebih baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar