Kamis, 04 Oktober 2018

melatih kemandirian kelas bunda sayang

Mandirilah Nak   

Ami mendapatkan tugas baru, setelah kemaren selesai dengan tantangan pertama Ami yaitu tentang bagaimana bicara dengan mu.

 Kedengaran nya memang gampang, tapi pada hakikatnya untuk berbicara yang baik dan benar itu tidaklah mudah. Apalagi persoalan menyatukan pemikiran dan menahan emosi kita.

dan tantangan itu sudah dilewati, walaupun Ami banyak kurang nya sana sini.

hari ini saatnya Ami melangkah pada game ke2, tak kalah menarik dari game pertama dulu nak,  Ami di tantang untuk melatih mu menjadi anak yang mandiri.

Ami semangat sekali mengikutinya nak, sudah Ami bayangkan apa  yang akan Ami lakukan untuk mu, dan memang sudah pernah pula Ami mencoba coba sebelumnya walaupun Ami tidak yakin apakah yang Ami akukan itu sudah benar.

Banyak hal baru yang Ami tau saat mengikuti materi ini, dan yang paling Ami garis bawahi adalah, ternyata untuk membuat mu percaya diri kelak, bukan persoalan menyuruhmu tampil sesering mungkin didepan umum, berdiri di depan kelas, bicara didepan khalayak ramai, bukan nak.

itu persoalan kesekian.

melainkan dengan membuat kamu mandiri sedini mungkinlah yang akan menjadikan kamu percaya pada diri mu sendiri bahwa kamu BISA, disana kuncinya.

semakin sering kau berlatih melakukan hal baru, berusaha melakukan nya dengan baik makan kau akan semakin percaya pada kemampuanmu, disanalah awal munculnya rasa percaya dirimu, menarik kan nak?

ingin rasanya Ami melihat binar mata kamu saat nanti bicara dengan orang lain, penuh keyakinan, tanpa beban dan rasa sungkan yang tak wajar, karena Ami tahu bahwa kami memiliki kepercayaan diri yang kuat.

sayang, hari ini masih hari pertama ada 1 bulan lagi proses panjang yang akan kita jalani untuk berlatih, berlatih dan berlatih.

Mengingat usiamu baru 2 tahun, Ami memilih untuk mengajarkan beberapa adab yang kiranya sudah mesti kamu pelajari dan lakukan di usia ini.

kita lakukan sebagaimana rasululah mencontohkan ya nak, 

walaupun sampai hari ini Ami masih belum sempurna adabnya, masih jauh dari kata teladan, tapi kamu punya Rasulullah yang Allah ciptakan sebagai uswatun hasanah.

“sesungguhnyaa pada diri rasulullah itu ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang orang yang mengharap allah dan hari akhir serta banyak berzikir kepadanya”  Q.s al ahzab :21

maka Ami putuskan, kali ini kita akan belajar adab makan, adap tidur, belajar mengontrol diri lewat toilet training, serta adap beramain.

no
kemandirian
indikator
1
adab makan
  • mampu mengambil piring dan sendok sendiri
  • mampu makan dan minum sendiri
  • bisa menggunakan sendok dengan baik
  • makan menggunakan tangan kanan
  • makan dan minum dalam posisi duduk
  • membaca bismillah dan berdoa
  • menghabiskan makanan yang di ambil
  • meletakan kmbali peralatan makan ke tempat cuci piring

adab  tidur

  • berwudhu sebelum tidur
  • gosok gigi
  • mengibaskan tempat tidur
  • membaca doa

toilet training
  • mampu mengenali rasa ingin pipis
  • pipis di kamar mandi
  • mengenali rasa ingin pup
  • buang air di closet

adab bermain
  • meletakan kembali mainan yang selesai dipakai sebelum mengambil mainan baru


ini tahap awal, bulan ini kita cukupkan dulu 4 point diatas ya sayang.

kita akan melalui prosesnya dengan gembira dan gembira.

jangan takut gagal, karena sejatinya kegagalan adalah cara tuhan untuk mengajari kita cara yang benar mencapai keberhasilan.

salam sayang Ami untuk Hafshah
#harike1
#game2
#kuliahbundasayang
#melatihkemandirian
#institutibuprofesional

Rabu, 26 September 2018

aliran rasa game 1

INTINYA PENGENDALIAN DIRI


Semangat sekali memang, saat pertama kali diminta untuk melakukan game 1 tentang komunikasi produktif.
Saya diminta untuk setiap hari menuliskan pengalaman dan perjalanan saya selama melakukan komunikasi produktif ini dengan anak atau suami.
Well, saya cukup bingung sebenarnya

"gimana ya?, topik nya ini lho? Mau bahas apa coba dengan suami?"

Nggak hanya saya teman teman yang lain juga melantunkan nada yang sama.

Akhirnya, saya tidak memilih suami untuk ikut dalam game ini. Karena saya nggak bisa membuat buat suasana agar game ini berjalan dengan baik, biarlah mengalir dan alami begitu maksud saya.

Sasaran empuk untuk bermain game ini adalah Hafshah..hehehe

Iya, karena sehari hari saya bermain dengan Hafshah kan, jadi banyak banget yang bisa saya terapkan.

Mulailah hari pertama dan kasus pertama.
Hari kedua dengan kasus yang beda lagi, dan sampai hari selanjutnya hari ke sepuluh.

Susah memang, yang paling menarik adalah bagaimana saya bisa mengendalikan diri.

Dalam hati saya mikir, pada game ini bukan bagaimana hafshah mampu mengikuti maunya saya,

melainkan bagaimana SAYA bisa memahami Hafshah, melatih diri saya untuk bisa bicara dengan baik dan efektif ke dia.

Persoalan dia lansung ngerti atau tidak akan menjadi evaluasi untuk saya, sudah produktif atau belum pola komunikasi yang digunakan.

Selama menjalankan game ini, yang membuat saya tertantang adalah bagaimana mengendalikan emosi saya, pemirsa2 sekalian.

Kadang saya geram, ingin teriak, sebel.

Tapi saya sadar anak saya nggak ngerti, anak ini baru 2 tahun, ni anak nggak sengaja, oke,,baiklah,,,tahan,, tarik nafas dalam dalam n buang..

Tambah lagi, dalam situasi mendesak, bawaan nya tuch pengen ngomong panjang lebar ala mak mak cabe naik..hahaha

"Lho..Lho...jangan kesini donk nak,,licin tuch lantainya,nanti kamu jatuh, sakit lagi kepalanya,,kan udah sering ami bilangin nak,,kalo ami lagi ngepel...
Hafshah duduk dulu ya..."

Kalimat ini, kalo dikeluarkan akan melepaskan emosi saya dan menenangkan.

Tapi jelas jauh banget dari kata produktif tho..

Jadi pas situsi itu tuch, saya musti diam sejenak n bilang dengan kalimat sederhana, lansung ke inti pembicaraan dengan nada yang ramah.

"Nak, duduk dulu ya, lantainya licin, jadi Hafshah duduk aja ya nak"

Intinya adalah sabar, tenang, dan kendalikan emosi.

Karena kalo emosi naik nalar kita nggak bisa jalan, begitu kata guru.

Gitu juga pas bicara ke suami, memahami bahwa kita berbeda punya for n for yang berbeda iu yang selama ini kabur dari ingatan saya.

Jadilah apa yang saya maksud nggak dipahami dengan baik olehnya. Gitu juga sebaliknya.

Kita sibuk menegaskan gagasan kita masing masing, berfikir ide kita yang lebih oke.

Kada lupa, bahwa bicara ke suami itu ada rambu rambu nya. Nggak hanya musti produktif, tapi musti sopan, santun, begitu yang suami saya inginkan.

Lagi lagi,,kalo sudah emosi semuanya lupa....pa..pa...

Orang saya kesel, gimana mau sopan, yang ada ngedumel, ya nggak.

Namun, disini itulah tantangan nya,berubah untuk berbicara dengan baik itu bukan sesuatu yang gampang untuk saya lakukan, butuh keikhlasan untuk benar benar menjadi lebih baik.

Dari game ini saya belajar banyak, dan yang paling penting adalah bagaimana kita mengenali diri dan mengendalikan nya.




Sabtu, 15 September 2018

Day 10 komunikasi produktif




Keep Information Short and Simlpe

“Ami, pipis mi”


Sudah saat nya Hafshah belajar untuk toilet training, seiring bertambahnya usia Hafshah dan kini sudah genap dua tahun.

apalagi moment menyapihpun sudah dilaluinya.

Sebenarnya sejak usianya sudah 12 bulan saya sudah mulai sounding ke Hafshah nya, 
 
“nak nanti pipisya di kamar mandi ya nak”

“kalo Hafshah pipis bilang ami ya sayang”

“mi, pipis mi”

sambil menirukan didepan Hafshah.

“bilang apa nak?”

“mi, pipis mi”

“gitu ya sayang”

Alhamdulillah sampai saat ini Hafshah masih belum berhasil toilet training nya.
masih saja bochor, bochor...

udah sih, sudah bisa bilang “Mi, pipis mi” tapi bilangnya pas udah mengalir sungai itu. jadi ya masih PR banget lah,,,

Saya,  masih tengah mencari apa sebabnya, kalo menurut saya ni ya, mungkin Hafshah belum tau dan bisa membedakan rasa kebelet.

Jadi dia nggak bisa mengingatkan saya sebelum kejadian, dia tau pipis itu, setelah keluar pipis nya.

Kali ini, saya berusaha untuk kembali mengingatkan Hafshah, bahwa kalau mau pipis bilang ami ya nak, gitu juga kalu Poop.

Saya merubah kalimat yang biasa saya katakan, keep information short and simple.

kayaknya jurus ini akan kembali saya gunakan sebagai sugesti kepada Hafshah yang akan terus saya ulang ulang.

kalo kemaren saya mengajar kan Hafshah untuk bilang pipis, kali ini saya mengajarkan Hafshah untuk pipis dikamar mandi.

jadi kalimatnya “ Hafshah, pipis nya di kamar mandi ya nak”

“pipis dikamar mandi ya sayang”

“dimana pipisnya nak? di kamar man...di.....”

“kalo Hafshah ingin pipis, lari kekamar mandi ya”

seperti ini nih,,

saya mencoba menirukan bagaimana caranya pergi ke kemar mandi.

alhamdulillah dia mengerti, walaupun toilet traiininya belum sukses, tapi dia sudah mulai tau kalo pipis dikamar mandi.

saya akan terus mencoba, karena saat ini, Hafshah masih belum bisa pergi kekemar mandi, dan masih saja pipis di tempat.

semangat,,,,,,semoga cepat bisa ya sayang.




#hari10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional


Jumat, 14 September 2018

day 9 komunikasi produkti



 Mencari waktu yang tepat.


"Emak pengen jadi reseller"

Alhamdulillah sudah masuk hari ke sembilan nggak terasa sudah sepuluh hari saya berusaha menerapkan 
pelajaran pertama saya dalam kelas bunda sayang.

Banyak kejadian yang ingin saya sampaikan dalam berusaha menerapkan pola komunikasi produktif, 

dan hal yang paling menantang adalah bagaiman untuk menjaga emosi untuk tetap ramah saat bicara kepada hafshah dalam kondisi yang sebenarnya bikin emosi banget, nget, nget.

Saya sadar diri ini jauh dari sempurna, sehingga belum disemua moment saya dapat melaksanakan nya, khilaf, khilaf naik lagi nada suara ini khan, hehe

Apalagi dalam keadaan genting, saat diataas motor, hari hujan, anak disuruh pake mantel nggak mau, dibujuk, dilembutin, di alihkan, tetep aja nggak mau, sementara saya khawatir dia akan sakit atau kedinginan, otomatis saya jadi eghhhh,,, 

untungnya saya cepat cepat sadar sebelum taring saya keluar., "astaghfirullahalazim" (ngeluus dada)

Namun kali ini bukan tentang hafshah yang ingin saya ceritakan, melainkan soal abinya.

Alkisah saya berniat untuk mempunyai aktifitas lain selain sebagai ibu dan istri, kalo inimah tugas wajib.

Walaupun suami tidak menuntut saya untuk bekerja, tapi rasanya ingin pula saya mengembangkan kemampuan saya, entah bakat atau minat namanya, intinya saya ingin mencoba menjadi reseller.

Well, jadi reseller berarti butuh modal dong, sementara yang punya modal hanya abang, alias abinya hafshah. ditambah lagi ini jualan nya via online.

Nah, untuk hal ini biasanya, abang akan mikir mikir dulu nih untuk memberi izin.

Soalnya yang sudah sudah dia akan bilang

 “nanti anak jadi nggak terperhatikan lho mi”, 

“nanti kerjaan mu online melulu, tinggal anak, tinggal sholat, tinggal kerjaan rumah, yang ada kamu megang hp doank”

saya tau kekhawatiran abang cukup beralasan, tapi jugan gitu gitu amatlah ya...

 saya akan berusaha seprofesional mungkin, hehe

Oke, mulailah saya  cari waktu yang tepat untuk mengajukan proposal ini, saya perhatikan moodnya, kemudian saya susun kalimat bagaimana memulai pembicaraan.

Hari sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, dan kami berdua baru saja selesai dengan aktifitas kami, saat itulah saya bilang

 “bang, ova berencana pengen jadi reseller buku, boleh nggak bang?” 

Bayangin, saya sampe menghitung jumlah kata yang akan saya sampaikan lho,haha

 soalnya otak laki laki itu nggak bisa nangkap kalimat panjang panjang kali lebar dalam satu kalimat kan? begitu yang saya pahami saat mengikuti seminar bunda Ellly Risman beberapa dekade lalau hee.

jawabnya apa?

“boleh, emangnya mau jual apa”

"ahayyyy,,,,sudah mulai open nih, target saya, saatnya masuk pada sesi penjelasan panjang lebar.

“buku, motivasi bang, seperti bagaimana perjuangan orang menjahui riba, bla,,,bla,,blla,,,”

“hmmm, gitu” 

“iya gitu, nah jadi bang kalo mau jadi reseller nya ini, kita kan harus investasi dulu bang, biayanya sekitar 500 ribu aja kok, gimana bang?”

abinya hafshah senyum senyum,,,

“yah, ujung ujungnya minta duit ya,,"

"bisa aja si ami"

(saya nnyegir kuda heee)

yess, senyum senyum  tandanya redha, alhamdulillah kali ini berhasil dan saya senang banget keinginan saya nggak menuhai hambatan yang berarti.

semoga bersok pas bangun nggak berubah pemikiran nya ya bang...
#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional





Kamis, 13 September 2018

Day 8 Komunikasi Produktif




Mengendalikan Emosi And KISS

Rebutan Buku

Kali ini terjadi rebutan mainan antara Hafshah dan teman nya. Teman dekatnya, bahkan sayang nya Hafshah 

kepada One, begitu panggilan karib Hafshah satu ini, bikin iri saya amak nya setiap kali Hafshah mencium 

dan memeluk sahabatnya itu.

Tapi ya sudahlah, saya bersyukur putri kebanggan saya ini mempunyai kecerdasan interpersonal yang baik, 

rasa empatinya dan sayangnya kepada orang lain telah nampak mulai berkembang saya yakin ini adalah 

potensi nobel attitute yang dimiliki setiap anak.

Oke, kita balik lagi ke pembicaraan saya sebelumnya,

yaitu menerapkan komunikasi produktif dalam keseharian. Aktor utama nya masih tetap Hafshahya,,soalnya 

belum ada topik utama yang menyeret saya pada pembicaraan serius dengan si Abi.

Jadi gini bu ibu, anak saya dan anak tetangga pada rebutan mainan, satu pegang buku, satunya lagi (anak saya) juga ingin buku yang sama.

Terjadilah tarik menarik antara dua bocah ini.

Tanpa ada satupun yang mau mengalah mereka bergigih inginkan mainan yang itu juga, yah maklumlah anak anak ya...

datanglah ami,,,dengan didahului inhale and exhale saya ngomong,

"Hafshah mau baca buku ini?"

"ini kan bukunya one nak?"

"Hafshah baca buku yang lain saja ya?"

dannn itu nggak mempan, mulailah saya mutar otak aduhh..

sementara sangketa lahan eh buku masih berlanjut saya bilang

“Hafshah, ini buku one nak, kita gambar aja ya?”

“one sedang baca buku, jadi Hafshah gambar dulu sama ami”

yuk,,,yuk,,yuk,,,

saya lansung mengammbil kertas dan pisil mulai menggambar bunga sehingga Hafshah menjadi berhenti 

rebutan buku dan masuk perangkap,,heehee

hal yang menarik disini adalah bagaimana berusaha untuk mengalihkan perhatian Hafshah dari satu fokus ke 

fokus yang lain dan itu menjadi menantang kala ide ide kita untuk menarik perhatian nya itu tidak serta merta 

disukainya, jadilah kita banyak banyak sabarnya, sabar untuk tidak emosi, sabar untuk memahami dia yang 

masih belum mengeti banyak hal, termasuk berbagi, belum dia banget di usia 2 tahun ini.



#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional


day 7 komunikasi produktif




Keep Information Short And Simple

Saya mencoba selalu mengingatkan Hafshah dengan jadwal sholat. 

Selalu saja dia merengek saat saya katakan, Ami sholat dulu ya nak.

Mendengar permintaan itu dia lansung bilang 

“gendong mi”

 “ main mi” 

” nggak suka”

 dan banyak permintaan lainya dimana intinya dia tidak mau ditinggal sholat.

Saya mengira barangkali dia tidak suka saya sholat karena, kalo saya sholat, dia kehilangan teman bermain dan tidak bisa di ajak ngomong lagi 

“ya gimana orang sholat di ajak ngomong ya kan?”

Tapi, ini tantangan nya, sholat tetap harus dilaksanakan, menunda lantas mengikuti mau Hafshah tak akan membuat dia kemudian mengijinkan saya untuk sholat.

Dari pada menunda, lebih baik dilaksanakan segera begitu maksud saya.

Jadilah saya mencoba untuk selalu bilang ke Hafshah dengan menggunakan kaliman simple yang kiranya mudah dipahAmi. 

Keep information short and simple ini yang tengah saya coba mengamalkan.

saya katakan ke Hafshah 

“nak, nanti kalo sudah azan Ami sholat ya”

“Hafshah main dulu ya, oke?”

Sambil menemani Hafshah bermain, saya terus ulang ulang kalimat itu.

Saya juga menirukan suara azan “allahuakbar, allahuakbar” seperti layaknya suara seorang muazdin saya katakan, "nah kalo sudah azan berarti Ami sholat oke?

Saya perhatikan respon nya, biasanya dia akan cepat mengangguk tanda setuju. walaupun saya tidak yakin dia benar benar mengerti tapi biarlah.

Tak lama kemudian, suara azan terdengar dan saya katakan 

“ nah, tu sudah azan, dengar dech”  Hafshah melongo mendengarkan azan.

“ayo, sayang, kita sholat dulu ya” 

“Ami mau wudhu dulu”

“Hafshah mau ikut”

Saya mengajak Hafshah berhenti bermain dan kAmi menuju kamar mandi.

Setelah selesai wudhu Hafshah kembali merengek “ gendong mi " “main mi”

saya kembali mengingatkan bahwa saya harus sholat dulu.

“selesai sholat kita main lagi ya nak” 

Masih terus merengek kemudian saya mencoba membrikan dia mainan yang kira kira bisa menyibukan nya sampai saya selesai sholat.

Alhamdulillah misi kali ini bisa berjalan dengan baik.

#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional