Rabu, 26 September 2018

aliran rasa game 1

INTINYA PENGENDALIAN DIRI


Semangat sekali memang, saat pertama kali diminta untuk melakukan game 1 tentang komunikasi produktif.
Saya diminta untuk setiap hari menuliskan pengalaman dan perjalanan saya selama melakukan komunikasi produktif ini dengan anak atau suami.
Well, saya cukup bingung sebenarnya

"gimana ya?, topik nya ini lho? Mau bahas apa coba dengan suami?"

Nggak hanya saya teman teman yang lain juga melantunkan nada yang sama.

Akhirnya, saya tidak memilih suami untuk ikut dalam game ini. Karena saya nggak bisa membuat buat suasana agar game ini berjalan dengan baik, biarlah mengalir dan alami begitu maksud saya.

Sasaran empuk untuk bermain game ini adalah Hafshah..hehehe

Iya, karena sehari hari saya bermain dengan Hafshah kan, jadi banyak banget yang bisa saya terapkan.

Mulailah hari pertama dan kasus pertama.
Hari kedua dengan kasus yang beda lagi, dan sampai hari selanjutnya hari ke sepuluh.

Susah memang, yang paling menarik adalah bagaimana saya bisa mengendalikan diri.

Dalam hati saya mikir, pada game ini bukan bagaimana hafshah mampu mengikuti maunya saya,

melainkan bagaimana SAYA bisa memahami Hafshah, melatih diri saya untuk bisa bicara dengan baik dan efektif ke dia.

Persoalan dia lansung ngerti atau tidak akan menjadi evaluasi untuk saya, sudah produktif atau belum pola komunikasi yang digunakan.

Selama menjalankan game ini, yang membuat saya tertantang adalah bagaimana mengendalikan emosi saya, pemirsa2 sekalian.

Kadang saya geram, ingin teriak, sebel.

Tapi saya sadar anak saya nggak ngerti, anak ini baru 2 tahun, ni anak nggak sengaja, oke,,baiklah,,,tahan,, tarik nafas dalam dalam n buang..

Tambah lagi, dalam situasi mendesak, bawaan nya tuch pengen ngomong panjang lebar ala mak mak cabe naik..hahaha

"Lho..Lho...jangan kesini donk nak,,licin tuch lantainya,nanti kamu jatuh, sakit lagi kepalanya,,kan udah sering ami bilangin nak,,kalo ami lagi ngepel...
Hafshah duduk dulu ya..."

Kalimat ini, kalo dikeluarkan akan melepaskan emosi saya dan menenangkan.

Tapi jelas jauh banget dari kata produktif tho..

Jadi pas situsi itu tuch, saya musti diam sejenak n bilang dengan kalimat sederhana, lansung ke inti pembicaraan dengan nada yang ramah.

"Nak, duduk dulu ya, lantainya licin, jadi Hafshah duduk aja ya nak"

Intinya adalah sabar, tenang, dan kendalikan emosi.

Karena kalo emosi naik nalar kita nggak bisa jalan, begitu kata guru.

Gitu juga pas bicara ke suami, memahami bahwa kita berbeda punya for n for yang berbeda iu yang selama ini kabur dari ingatan saya.

Jadilah apa yang saya maksud nggak dipahami dengan baik olehnya. Gitu juga sebaliknya.

Kita sibuk menegaskan gagasan kita masing masing, berfikir ide kita yang lebih oke.

Kada lupa, bahwa bicara ke suami itu ada rambu rambu nya. Nggak hanya musti produktif, tapi musti sopan, santun, begitu yang suami saya inginkan.

Lagi lagi,,kalo sudah emosi semuanya lupa....pa..pa...

Orang saya kesel, gimana mau sopan, yang ada ngedumel, ya nggak.

Namun, disini itulah tantangan nya,berubah untuk berbicara dengan baik itu bukan sesuatu yang gampang untuk saya lakukan, butuh keikhlasan untuk benar benar menjadi lebih baik.

Dari game ini saya belajar banyak, dan yang paling penting adalah bagaimana kita mengenali diri dan mengendalikan nya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar