Menjalin
asmara dengan ketulusan dan keiginan untuk saling memberikan yang terbaik bagi orang yang dicintai membuat
kisah cinta Habibi dan Ainun benar benar menyentuh hati. Pribadi cerdas, tegas,
sederhana dan rendah hati, seorang Habibi serta figure seorang istri yang
setia, tenang, anggun dan bijaksana seperti Ainun dihadirkan dengan sangat
dalam dan begitu nyata.
Romantika
kedua pasangan ini menjadi begitu istimewa kala perjuangan cinta mereka diterpa oleh beragamnya permasalahan,
dan ujian. Di sanalah tergambar betapa Ainun membuktikan cintanya kepada Habibi,
ia menepati janji setia yang pernah ia ucapkan kepada sang kekasih, untuk terus
mendampingi sampai akhir usia. Begitu pula sebaliknya, walaupun tak berani
menjanjikan apa-apa kepada sang istri, Habibi mengikrarkan cintanya dengan
berjanji untuk menjadi suami yang terbaik untuk Ainun.
Awal
kisah cinta mereka baru dimulai saat, keudanya sudah lama berpisah. Pertemuan Habibi
dengan Ainun secara tidak sengaja, menyisakan kesan yang amat mendalam di hati masing-masing.
Tak pernah terbayangkan oleh Habibi ia
akan jatuh cinta pada teman lamanya yang sempat ia gelari “gula jawa”, karena
memang semasa sekolah Ainun adalah gadis dengan postur tubuh berisi, dan kulit
yang sawo matang, sehingga tidak salah bila Habibi menyebutnya demikian. Setelah keduanya sama- sama dewasa dan jodoh
mempertemukan mereka dalam sosok yang sudah berbeda dari sebelumnya. Saat ini Ainun
telah dewasa dan menjelma laksana ratu ayu nan jelita dimata Habibi. saat
pertama kali mendatangai rumah teman lamanya ini Habibi, bertemu secara tidak
sengaja dengan Ainun dan lansung jatuh cinta. Saat itu pulalah kedua pasangan
ini saling merasakan getaran asmara mulai tumbuh di hatinya.
Walaupun
tak terucap akan tetapi Ainun telah memilih Habibi dihatinya sebelum keduanya
saling mengungkapkan perasaan mereka.
Cinta Habibi
memang luar biasa buat ibu Ainun, disetiap ujung penatnya Habibi tidak pernah
lupa untuk membuat Ainun kembali merasa tersipu dengan cara dan perkataannya.
Di balik janjinya yang dalam terhadap Indonesia, mengabdi untuk bangsanya, Habibi
menyimpan cinta yang tulus untuk ibu Ainun. Begitu pula sebaliknya, Ainunpun sepenuhnya
mengiklaskan karir dan kehidupan nya hanya untuk mendampingi Habibi dan semua
mimpi mimpinya. Di balik mimpi besarnya mengabdi dan membesarkan Indonesia, Habibi
merancang sebuah pesawat terbang untuk Ainun. Pesawat terbang yang ia
persembahkan untuk dewi pendamping setia.
Seiring
suksesnya Habibi di German dengan pesawat terbangnya, semakin membuat ia
melejit di nusantara, Habibi kemudian masuk kedalam cabinet pemerintahan dan
terus dipercaya menjadi orang penting di negri ini, di balik itu juga ibu Ainun
dengan tegarnya mendukung perjuangan suami tercinta, ditengah panas dan
kerasnya dunia perpolitikan orde baru. Ainun terus berusaha menguatkan, Habibi menjalani
semua kewajiban nya kepada Indonesia, bahkan ia terus menyimpan bertita tentang
kangker ovarium nya yang semakin hari semakin parah. Ainun hanya berfikir sikap
itu ia lakukan demi menjaga ketenangan pikiran habibi dalam menghadapi segala
pergejolakan pemerintahan yang di hadapinya. Ainun menyadari benar suaminya
sangat dibutuhkan banyak orang sehingga akan lebih baik bila habibi tidak
mengetahui kabar penyakitnya tersebut.
Sampai
akhirnya habibi mundur dari kursi kepresidenan, ainun selalu hadir dan berdiri
di belakang Habibi. Baginya apapun yang
terjadi dalam rumah tangga mereka, keputusan untuk menerima Habibi adalah
sebuah keputusan yang tak pernah ia sesali dalam hidupnya
“dan
jika aku di beri kehidupan kedua, akukan tetap memilih mu sebagai suamiku”.
Begitulah keteguhan Ainun kepada Habibi. Janji setia dan sebuah pesawat terbang
telah Habibi wujudkan demi membahagiakan kekasihnya, dan begitu pula Ainun Tugas dan janjinya untuk
terus mendampingi Habibi menjadi istri yang terbaik ia tunaikan sampai ia
menutup usia.
Begitulah
romantika keteguhan dan kesucian cinta Habibi dan Ainun, kisah cinta yang tidak
kalah romatis dibanding kisah cinta lainya yang pernah popular. Habibi ainun
bahkan menunjukan keteguhan cinta mereka dengan sangat jelas. Keteguhn itulah
yang menjadi kunci dari kekuatan rumah tangga mereka menghadapi segala badai
yang terus saja mereka lewati sampai mereka lupa bahwa mereka telah sampai di
penghujung usia dan akhirnya berpisah.