Selasa, 12 Maret 2013

MENDEKAP HARAP DAN CEMAS UNTUK INDONESIA




Nova Lestari
Bukan hanya sekedar sensasi yang ingin ku dapatkan, bukan juga  sekedar kesenangan dan kepuasan yang ingin ku kumpulkan dengan keputusan ini, keputusan utnuk bergabung bersama pemuda yang lainya, anak-anak muda Indonesia yang mengabdikan diri waktu dan kemampuan nya berjuang dan berpetualang di negri terpelosok indonesia nan jauh disana. Aku hanya merasa ada kebahagiaan menjadi bagian dari mereka yang berbuat dan peduli pada bangsanya, negri bertuah Indonesia yang sekarang mulai buram dengan ketidak pastian dan kepesimisan. Keinginan untuk menjadi bagian dari mereka yang lelah dengan kegelapan negrinya, hanya ingin ikut melepas kejenuh dengan ketertinggalan bangsanya, aku hanya tak ingin di bilang  berpangku tangan, yang hanya bisa mengecam kegelapan.
Keputusan bergabung di sekolah guru Indonesia adalah keputusan besar dalam hidupku, sekaligus pijakan menggapai mimpi- mimpi ku  ikut berbuat untuk Indonesia, keputusan menjadi guru di pelosok yang kemudian membatu anak-anak nya membuka mata dan melihat dunia, serta memacu mereka mengejar ketertinggalan. Namun sepanjang perjalanan yang ku jalani di sekolah guru indonesia Ada harapan dan kekhawatiran dalam diri ketika ku bayangakan negri yang bakal ku jelajahi nanti, negri yang mungkin belum ada listrik, belum ada signal, negri yang tak terbiasa dengan bahasa Indonesia, negri yang mungkin tak mengenal siapa presiden nya saat ini.  Harapan- harapan itu semmakin meluap  kepada diri sendiri, berharap semoga usaha dan kehadiran ku di tengah mereka tak sia-sia, harapan besar tertanam semoga hadir ku bisa memberikan arti penting untuk mereka, mampu membuka cakrawala mereka untuk bangkit dan berkata “kita harus bangkit”, berharap mereka bisa keluar dari kelemahan dan ketertinggan, harapan itu menggantung di mataku, semoga aku bisa memberikan ruang untuk mereka mengangkat keinginannya untuk maju dan berkata” kami juga bisa”.
Namun di balik harapan itu terselip kekhawatiran, akan kah aku bisa?, mungkinkah pengalaman kecilku dan bebekal keingninan saja bisa memberikan itu untuk mereka?, mungkinkah diri ini bisa membuat mereka menjadi bangkit dan terbuka seperti yang ku harapkan?, harap-dan cemas kemudian menjelma dalam batin ku, memang tak hanya sampai disitu, kekhawatiran itu kemudian tersadarkan ketika aku terus berfikir bahwa aku adalah guru, yang akan di gugu dan ditiru siswa-siswa ku kelak, tak layak rasanya bila guru mereka tampil dengan ketidak yakinan seperti ini, dan tak adil bila mereka di ajar oleh orang yang tak memiliki kepercayaan, pemikiran itu pun ikut berkompetisi dalam batin ini, dan kesadaran akan peran ku sebagai gurulah yang paling kuat ku rasakan ketika teringat kata-kata seorang inspirator yang ku tokohkan saat ini, bahwa
“kau adalah pejuang yang akan memenuhi harapan mereka, pejuangan mu memang berat dan mungkin akan sangat sulit, tapi ingatlah bahwa ini adalah langkah mu untuk memenuhi janji kemerdekaan, jangan pernah takut salah dan berbuatlah dengan menghadirkan cinta untuk mereka (siswa-siswamu)”—Anies baswedan—
kata-katanya seperti sihir yang membuat gentar ku menjadi tak berasa.  Anies baswedan adalah sosok inspiratif bagi ku, tindakan dan kata-katanya selalu mampu memicu api semangat perjuangan dalam diri ini ketika aku membaca tulisannya, semangat untuk membantu anak-anak negri yang terlupakan, semangat untuk berbuat di ibu pertiwi, semangat utnuk membangun rasa cinta akan nergri yang sedang terseok ini.
                Dengan kalimat” Indonesia masih melahirkan pejuang” beliau membuat hati semakin yakin dan berderu haru, ini benar benar untuk bangsaku, bukan sekedar terdorong untuk berbagi, akan tetapi terdorong untuk semakin menggapai puncak-puncak mimpi melejitkan diri setinggi mungkin, semoga perjuangan ini memberikan arti untuk semua, dan Indonesia tercinta.
Dengan Mendekap semua harap dan cemas ku untuk negri ini, semakin membuaku sadar untuk lebih mencitai Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar