Nova Lestari
Bukan hanya sekedar sensasi yang ingin ku dapatkan, bukan juga sekedar kesenangan dan kepuasan yang ingin ku
kumpulkan dengan keputusan ini, keputusan utnuk bergabung bersama pemuda yang
lainya, anak-anak muda Indonesia yang mengabdikan diri waktu dan kemampuan nya berjuang
dan berpetualang di negri terpelosok indonesia nan jauh disana. Aku hanya
merasa ada kebahagiaan menjadi bagian dari mereka yang berbuat dan peduli pada
bangsanya, negri bertuah Indonesia yang sekarang mulai buram dengan ketidak
pastian dan kepesimisan. Keinginan untuk menjadi bagian dari mereka yang lelah
dengan kegelapan negrinya, hanya ingin ikut melepas kejenuh dengan
ketertinggalan bangsanya, aku hanya tak ingin di bilang berpangku tangan, yang hanya bisa mengecam
kegelapan.
Keputusan bergabung di sekolah guru Indonesia adalah keputusan besar
dalam hidupku, sekaligus pijakan menggapai mimpi- mimpi ku ikut berbuat untuk Indonesia, keputusan
menjadi guru di pelosok yang kemudian membatu anak-anak nya membuka mata dan
melihat dunia, serta memacu mereka mengejar ketertinggalan. Namun sepanjang
perjalanan yang ku jalani di sekolah guru indonesia Ada harapan dan
kekhawatiran dalam diri ketika ku bayangakan negri yang bakal ku jelajahi
nanti, negri yang mungkin belum ada listrik, belum ada signal, negri yang tak
terbiasa dengan bahasa Indonesia, negri yang mungkin tak mengenal siapa
presiden nya saat ini. Harapan- harapan
itu semmakin meluap kepada diri sendiri,
berharap semoga usaha dan kehadiran ku di tengah mereka tak sia-sia, harapan
besar tertanam semoga hadir ku bisa memberikan arti penting untuk mereka, mampu
membuka cakrawala mereka untuk bangkit dan berkata “kita harus bangkit”, berharap
mereka bisa keluar dari kelemahan dan ketertinggan, harapan itu menggantung di
mataku, semoga aku bisa memberikan ruang untuk mereka mengangkat keinginannya
untuk maju dan berkata” kami juga bisa”.
Namun di balik harapan itu terselip kekhawatiran, akan kah aku bisa?,
mungkinkah pengalaman kecilku dan bebekal keingninan saja bisa memberikan itu
untuk mereka?, mungkinkah diri ini bisa membuat mereka menjadi bangkit dan
terbuka seperti yang ku harapkan?, harap-dan cemas kemudian menjelma dalam batin
ku, memang tak hanya sampai disitu, kekhawatiran itu kemudian tersadarkan
ketika aku terus berfikir bahwa aku adalah guru, yang akan di gugu dan ditiru
siswa-siswa ku kelak, tak layak rasanya bila guru mereka tampil dengan ketidak
yakinan seperti ini, dan tak adil bila mereka di ajar oleh orang yang tak
memiliki kepercayaan, pemikiran itu pun ikut berkompetisi dalam batin ini, dan
kesadaran akan peran ku sebagai gurulah yang paling kuat ku rasakan ketika
teringat kata-kata seorang inspirator yang ku tokohkan saat ini, bahwa
“kau adalah
pejuang yang akan memenuhi harapan mereka, pejuangan mu memang berat dan
mungkin akan sangat sulit, tapi ingatlah bahwa ini adalah langkah mu untuk
memenuhi janji kemerdekaan, jangan pernah takut salah dan berbuatlah dengan
menghadirkan cinta untuk mereka (siswa-siswamu)”—Anies baswedan—
kata-katanya seperti sihir yang membuat gentar ku menjadi tak berasa. Anies baswedan adalah sosok inspiratif bagi
ku, tindakan dan kata-katanya selalu mampu memicu api semangat perjuangan dalam
diri ini ketika aku membaca tulisannya, semangat untuk membantu anak-anak negri
yang terlupakan, semangat untuk berbuat di ibu pertiwi, semangat utnuk
membangun rasa cinta akan nergri yang sedang terseok ini.
Dengan
kalimat” Indonesia masih melahirkan pejuang” beliau membuat hati semakin yakin
dan berderu haru, ini benar benar untuk bangsaku, bukan sekedar terdorong untuk
berbagi, akan tetapi terdorong untuk semakin menggapai puncak-puncak mimpi
melejitkan diri setinggi mungkin, semoga perjuangan ini memberikan arti untuk
semua, dan Indonesia tercinta.
Dengan Mendekap semua harap dan cemas ku untuk negri ini, semakin
membuaku sadar untuk lebih mencitai Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar