Selasa, 11 September 2018

Day V komunikasi produktif



Mengendalikan Emosi

Kadang saya tidak bisa menentukan harus menerapkan point yanng mana hari ini, karena memang semuanya terjadi silih berganti tanpa bisa saya pastikan.

Yang saya lakukan adalah mencoba memahami point demi point dan menerapkan sesuai kasus yang terjadi.

Seperti hari ini misalnya, apa  yang dilakukan Hafshah membuat saya harus menahan emosi dan mencoba tetap bicara seramah mungkin juga setenang mungkin.

Dan saya yakin point ini yang sering kali saya ulang ulang.

Hari ini Hafshah membuang buang buah pisang yang berkali kali di minta nya.

Pisang dan nama buah buahan lainya adalah kesukaan dan makanan alternatif buat Hafshah kala dia mogok makan atau saat kondisi kami yang tengah diperjalanan sehingga tidak memungkinkan bagi saya untuk mebuatkan menu lengkap 4 sehat  5 sempurna.

Jadilah saya akan mencari buah buah pengganti untuk Hafshah yang kiranya mengenyangkan dan tentunya lebih sehat dibanding saya meberikan cemilan atau yang lainya.

Siang itu Hafshah minta pisang dan dengan lahap ia menghabiskan pisang yang pertama, tak berjeda dia lansung bilang

 “ tambah mi”

“enak nak? mau lagi ya? oke”

Saya gembira lihat dia menyukai buah pisang.

 Setelah saya berikan, sejenak Hafshah saya tinggal kedapur untuk mengambil sesuatu.
Apa yang terjadi?

Ternyata buah pisang yang kedua ini di potong potong dan dibuang.  

Melihat saya mendekat dia lansung bilang

“lagi mi, nggak suka ini, pahit”

otomatis dahi saya mengerinyit dan senyum saya lansung timpang
rasanya mau ngomong gini 

“lho, lhoooo... nak...apa apa an ini?” (dengan nada meninnggi)

“kok pisangnya dibuang buang sih? (masih dengan nada tinggi ya..)

trus “kalo udah kenyang bilang dong, jangan minta lagi tapi dibuang buang, kan mubazir, ami nggak suka ni,,,(makin nge gass) 

“pahit gimana, ini manis kok,aduh,,,”

Saya mencicipi sisa potongan pisang yang diberikan dan memang manis.

Tapi karena saya sadar ini anak masih dua tahun dan ami akan menerapkan jurus pamungkas ami untuk bicara ramah dan mengendalikan emosi  jadilah yang keluar saat itu

“pahit ya nak?” sambil mencicipi sisa potongan buah pisang

“manis kok”

“Hafshah mau lagi?”

Tanpa babibu dia lansung ambil buah pisang yang ada di menja makan di samping saya, dibuka kemudian dilahap.
 
Gigitan pertama, dibuang lagi, kedua dibuang lagi sampai beberapa gigitan dibuang terus kemudian potongan terakhir diberikan ke saya dan bilang pahit mi.

“apa? pahit?” 

Tarik nafas dan buang nafas saya berusaha tetap tenang ,walau ekpresi saya sudah nggak ramah
baiklah saya mencoba bilang ke Hafshah 

“nak, kalo Hafshah sudah kenyang, pisang nya disimpan aja ya”

“kalo memang nggak suka kita simpan di kulkas dulu oke”

Dia mengangguk tanda setuju, pisang yang ada dimeja lansung saya selamatkan dan simpan ke dalam kulkas.
Saya nggak mau dia ambil lagi pisang nya dan kemudian dibuang lagi.

Sejam setelah itu saya merasa lapar dan mengambil pisang yang ada di kulkas. setidaknya untuk pengganjal perut saya yang belum selera makan nasi.

dan apa yang saya temukan ternyata pisang pisang itu mengkal di bagian atasnya dan keras, hanya bagian bawahnya yang lunak dan manis.

Saya baru paham,in ternyata yang di bilang Hafshah dengan pahit. maksudnya adalah pisang nya nggak enak.
Tapi karena dia belum bisa bilang nggak enak dan yang dia tahu hanya kata pahit itulah.

Saya senang karena tidak memarahinya tadi dan alangkah merasa bersalahnya saya jika tadi saya lansung marah marah dan menuduh hafshah hanya buang buang pisang.

Jadi nggak enak hati sudah su’uzon sama anak heeee

#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional



Tidak ada komentar:

Posting Komentar