Rabu, 12 September 2018

day 6 komunikasi produktif




MENCARI WAKTU YANG TEPAT


Hari ini sempat terjadi salah paham antara saya dan abinya Hafshah.

persoalan nya sepele memang, tapi bikin emosi, banyangin dech,,

situasi saat akan berangkat kesuatu tempat, sudah hampir telat pula, pastinya sedikit buru buru, mana ini belum ketemu, itu belum ada, tiba tiba abinya Hafshah komen baju anak nya yang saya pilihan itu ngak bagus

” ada baju yang lain nggak mi?”

 “ini kok baju nya terak terai”

saya lansung, celetuk saat itu  

“terak terai gimana? ini baju nya bagus kok, hadiah dari uncunya Hafshah ini bi, bagus baju nya, baju mahal lo ini”

nah tu,,,dia lansung panas mendengar kata kata saya bagian paling akhir ini.

“oh,,,baju mahal ya sudah pake aja, baju mahal lho itu,,pake lah nggak enak pula kalo nggak dipake baju mahal soalnya..

lha,,,saya jadi  kesal.

batin saya, kenapa sih si abang, sudah mau berangkat, buru buru pula, cari ribut aja, moment nggak tepat banget.

bukan hanya itu yang dia repetkan, beberapa hal kecil lainya dia protes, saya sudah jelaskan namun masih aja merepet, lama lama gerah juga nih hati.

“ sudahlah, kita nggak usah berangkat aja,,” saya lansung balik kanan, dan membuka jilbab.

dia kaget dan Hafshah menangis.
 
saya gendong Hafshah, saya bujuk 

“Hafshah pergi sama abi ya nak, beli bola ke pasar”

Mendengar bujukan saya Hafshah jadi tenang dan saya masuk kamar, mengganti pakaian saya dan duduk melepas rasa kesal dengan diam.

Sementara abinya berangkat membujuk Hafshah kepasar.

Saat itu komunikasi benar benar rusak yang ada hanya emosi,  lama saya meredakan emosi dikamar.

 Saya paling tidak suka berangkat dengan kondisi panas dan berdebat seperti tadi, 

iya sih, saya salah... membantah abang, tapi itu kan cuma perkara kecil kenapa sih? harus diperdebat kan? ini kan udah mau berangkat, sudah telat pula? gagal paham saya.

Akhirnya,,,kami saling diam, mengambil jarak untuk berpikir lebih jernih. 

sepertinya disinilah saya akan memakai prinsip komunikasi berbicara diwaktu yang tepat.

Setelah emosi mereda, abang kembali menyapa dan mengajak saya bicara. Saya pun memulai forum diskusi kami dengan minta maaf atas kesalahan saya tadi.

Saya menjelaskan kenapa saya tadi seperti itu, saya kesal abang seolah meremehkan hadiah dari adik saya, dengan kata “terak terai”.

Karena bagi saya meaning “terak terai” adalah “compang camping” makanya saya bilang ini baju “mahal, lo bang” itu saja.

Sementara yang abang maksud dengan katak terak terai itu adalah “rimpe rimplei” dia tidak suka dengan baju model berimple gitu.

Bukan merendahkan pemberian adek iparnya, hanya saja model baju ini bukanlah yang dia suka, itu saja.

Baiklah, akhirnya kami mengerti dan saling meminta maaf atas kesalah pahaman ini.

Kami menjelaskan maksud kami masing masing dan menyampaikan harapan kami dengan kepala dingin.

Betul saya dan abang berbeda kita punya frame of referense dan frame of experien yang berbeda. kata “terak terai” mempunyai makna yang berbeda di kepala kita.

Namun dengan menyampaikan maksud kita dan menjelaskan letak kesalah pahaman tadi, alhamdulillah gerah hati dan body ini kembali adem seperti ada air terjun besar yang masuk dalam badan kita, sejuknya terasa sampai dimari hahaha(korban iklan) dan kami saling tersenyum serta meminta maaf.

#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar