MENCARI WAKTU YANG
TEPAT
Hari ini sempat terjadi salah paham antara saya dan abinya Hafshah.
persoalan nya sepele memang, tapi bikin emosi, banyangin
dech,,
situasi saat akan berangkat kesuatu tempat, sudah hampir
telat pula, pastinya sedikit buru buru, mana ini belum ketemu, itu belum ada, tiba
tiba abinya Hafshah komen baju anak nya yang saya pilihan itu ngak bagus
” ada baju yang lain nggak mi?”
“ini kok baju nya
terak terai”
saya lansung, celetuk saat itu
“terak terai gimana? ini baju nya bagus kok, hadiah dari
uncunya Hafshah ini bi, bagus baju nya, baju mahal lo ini”
nah tu,,,dia lansung panas mendengar kata kata saya bagian
paling akhir ini.
“oh,,,baju mahal ya sudah pake aja, baju mahal lho itu,,pake
lah nggak enak pula kalo nggak dipake baju mahal soalnya..
lha,,,saya jadi kesal.
batin saya, kenapa sih si abang, sudah mau berangkat, buru
buru pula, cari ribut aja, moment nggak tepat banget.
bukan hanya itu yang dia repetkan, beberapa hal kecil lainya
dia protes, saya sudah jelaskan namun masih aja merepet, lama lama gerah juga
nih hati.
“ sudahlah, kita nggak usah berangkat aja,,” saya lansung
balik kanan, dan membuka jilbab.
dia kaget dan Hafshah menangis.
saya gendong Hafshah, saya bujuk
“Hafshah pergi sama abi ya nak, beli bola ke pasar”
Mendengar bujukan saya Hafshah jadi tenang dan saya masuk
kamar, mengganti pakaian saya dan duduk melepas rasa kesal dengan diam.
Sementara abinya berangkat membujuk Hafshah kepasar.
Saat itu komunikasi benar benar rusak yang ada hanya
emosi, lama saya meredakan emosi
dikamar.
Saya paling tidak
suka berangkat dengan kondisi panas dan berdebat seperti tadi,
iya sih, saya salah... membantah abang, tapi itu kan cuma
perkara kecil kenapa sih? harus diperdebat kan? ini kan udah mau berangkat,
sudah telat pula? gagal paham saya.
Akhirnya,,,kami saling diam, mengambil jarak untuk berpikir
lebih jernih.
sepertinya disinilah saya akan memakai prinsip komunikasi
berbicara diwaktu yang tepat.
Setelah emosi mereda, abang kembali menyapa dan mengajak
saya bicara. Saya pun memulai forum diskusi kami dengan minta maaf atas
kesalahan saya tadi.
Saya menjelaskan kenapa saya tadi seperti itu, saya kesal
abang seolah meremehkan hadiah dari adik saya, dengan kata “terak terai”.
Karena bagi saya meaning “terak terai” adalah “compang
camping” makanya saya bilang ini baju “mahal, lo bang” itu saja.
Sementara yang abang maksud dengan katak terak terai itu
adalah “rimpe rimplei” dia tidak suka dengan baju model berimple gitu.
Bukan merendahkan pemberian adek iparnya, hanya saja model
baju ini bukanlah yang dia suka, itu saja.
Baiklah, akhirnya kami mengerti dan saling meminta maaf atas
kesalah pahaman ini.
Kami menjelaskan maksud kami masing masing dan menyampaikan
harapan kami dengan kepala dingin.
Betul saya dan abang berbeda kita punya frame of referense
dan frame of experien yang berbeda. kata “terak terai” mempunyai makna yang
berbeda di kepala kita.
Namun dengan menyampaikan maksud kita dan menjelaskan letak
kesalah pahaman tadi, alhamdulillah gerah hati dan body ini kembali adem
seperti ada air terjun besar yang masuk dalam badan kita, sejuknya terasa
sampai dimari hahaha(korban iklan) dan kami saling tersenyum serta meminta
maaf.
#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#instituteibuprofesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar