Rabu, 26 Juni 2013

Bebas,. Inilah hidupku kawan.





Love allah, aku meneriakan kata kata itu didalam hati sembari memejamkan mata menangkap semua pencitraan alam yang memenuhi rongga retina ku sepanjang jalan gumawan ke baradatu. Ku hirup dalam dalam nafas panjang menyimpan udara kebebasan dan kecintaan akan pekerjaan sebagai seorang guru di pedalaman lampung, tepatnya di kecamatan bahuga, pemandangan hijau persawahan dan hutan karet berubah bagaikan surga dengan kedamaian yang hadir di dalam hati.
Perjalanan 21 KM, itu di penuhi dengan sawah dan perkebunan, yang berjejer di perbatasan provinsi lampung dan Sumatra selatan. Cahaya lembut pagi hari yang menerpa wajah ku terasa begitu ramah tersenyum mengucapkan selamat berbahagia untuk seorang petualang sepertiku. Melakoni peran sebagai guru, di daerah kepedalaman sembari menjalani aktifitas fasilitator di masyarakat desa serdang kuring, benar benar menjadi satu kehidupan bagiku, layaknya ikan yang telah lama merindukan kolam dan lautan untuk mengarungi dengan sirip kecilnya, begitulah aku, mengaruingi pertualangan di desa ini.
5-6 jam, perjalanan yang harus ku tempuh selama bolak balik ke kota baradatu, kota pusat kecamatan tempat aku dan teman teman merampungkan program bulanan yang menjadi agenda kelompok kami, pertemuan satu kali sebulan ini menjadi agenda wajibku dan rekan rekan seperjuangan di way kanan lampung. Pertemuan yang tidak hanya berbincang bicang tentang kegiatan akan datang tetapi menjadi ajang untuk curhat dan berbagi.
Perjalanan panjang dan melelahkan itu, sedikitpun tak membebani pikran ku, yang ada hanyalah senyuman, aku ingin meneriakan, merdeka,,,merdeka,,merdeka,,,inilah kehidupan ku yang sesungguhnya. Ini yang kusebut dengan hidup dan kehidupan.
Aku ingin terbang, melintasi awan, menemui wajah wajah baru, melihat senyuman dan menggapai bintang bintang dengan caraku, caraseorang petualang.
aku menikmati perjalanan panjang berjam jam itu dengan senyum kepuasan, pikiran ku seolah olah tak sesak lagi, hati ini rasanya ingin berlari, seperti tengah ada di padang savana nan luas tak berbatas, hanya lagit yang hadir menudunginya.
Tak akan mampu kuukirkan kawan, perjuangan, senyuman, keinginan berbagi bersama orang-orang di penempatan terasa begitu lengkap. Ya sekali  lagi inilah kehidupan kawan.
Bahuga, desa serdang kuring, yang dihuni mayoritas penduduk transmigrasi dari pulau jawa wonogiri. Sumatera yang bergula  jawa, seperti  kain tapis nan bercorak batik. Begitulah nuansa kentalnya kultur jawa di tanah tapis ini. benar benar diluar dugaan perjalanan dan kehidupan di lampung, memberikan realita yang jauh dari visualisasi ku sebelumnya. Aku tak berfikir ini tanah lampung, melainkan pulau jawa.
Aku memang  sedang menikmati sensasi dari perjalanan dan pertualangan ini. tak pedui lumpur jalanan, tak ayal hutan Karet dan perkebunan, tak memikirkan batu jalanan dan bendungan, tak mau tau dengan kesepian disini, semuanya menyatu menjadi adonan kepuasan dan kebahagiaan.
Banyak, dan memang tak sedikit yang memandang pilihan untuk masuk kepedalaman ini sebagai langkah tak berarah, seolah takada pekerjaan lain, atau keterpaksaan mencari penghidupan di kota yang mulai menyusut, komentar mereka beragam, dan mengkalkulasikan dengan fasilitas yang ku tinggalkan. Aku tak peduli. Biarlah mereka dengan komentarnya, tapi ini adalah kehidupan buatku.
Begitulah kawan, segarnya udara kebebasan dan pertualangan ini, kau tak akan dapat menghirupnya sebelum kau memutuskan untuk memilih hidupmu sendiri, menikmatinya, mensyukurinya dan menjalaninya dengan cinta.  Dan kehidupan ini baru akan kau miliki bila kamu memutuskan untuk menjalani jalan mu sendiri. ingat jalan mu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar