Love allah, aku meneriakan kata
kata itu didalam hati sembari memejamkan mata menangkap semua pencitraan alam
yang memenuhi rongga retina ku sepanjang jalan gumawan ke baradatu. Ku hirup
dalam dalam nafas panjang menyimpan udara kebebasan dan kecintaan akan
pekerjaan sebagai seorang guru di pedalaman lampung, tepatnya di kecamatan
bahuga, pemandangan hijau persawahan dan hutan karet berubah bagaikan surga
dengan kedamaian yang hadir di dalam hati.
Perjalanan 21 KM, itu di penuhi
dengan sawah dan perkebunan, yang berjejer di perbatasan provinsi lampung dan
Sumatra selatan. Cahaya lembut pagi hari yang menerpa wajah ku terasa begitu
ramah tersenyum mengucapkan selamat berbahagia untuk seorang petualang
sepertiku. Melakoni peran sebagai guru, di daerah kepedalaman sembari menjalani
aktifitas fasilitator di masyarakat desa serdang kuring, benar benar menjadi
satu kehidupan bagiku, layaknya ikan yang telah lama merindukan kolam dan
lautan untuk mengarungi dengan sirip kecilnya, begitulah aku, mengaruingi
pertualangan di desa ini.
5-6 jam, perjalanan yang harus ku
tempuh selama bolak balik ke kota baradatu, kota pusat kecamatan tempat aku dan
teman teman merampungkan program bulanan yang menjadi agenda kelompok kami,
pertemuan satu kali sebulan ini menjadi agenda wajibku dan rekan rekan
seperjuangan di way kanan lampung. Pertemuan yang tidak hanya berbincang bicang
tentang kegiatan akan datang tetapi menjadi ajang untuk curhat dan berbagi.
Perjalanan panjang dan melelahkan
itu, sedikitpun tak membebani pikran ku, yang ada hanyalah senyuman, aku ingin
meneriakan, merdeka,,,merdeka,,merdeka,,,inilah kehidupan ku yang sesungguhnya.
Ini yang kusebut dengan hidup dan kehidupan.
Aku ingin terbang, melintasi
awan, menemui wajah wajah baru, melihat senyuman dan menggapai bintang bintang
dengan caraku, caraseorang petualang.
aku menikmati perjalanan panjang
berjam jam itu dengan senyum kepuasan, pikiran ku seolah olah tak sesak lagi,
hati ini rasanya ingin berlari, seperti tengah ada di padang savana nan luas
tak berbatas, hanya lagit yang hadir menudunginya.
Tak akan mampu kuukirkan kawan,
perjuangan, senyuman, keinginan berbagi bersama orang-orang di penempatan
terasa begitu lengkap. Ya sekali lagi
inilah kehidupan kawan.
Bahuga, desa serdang kuring, yang
dihuni mayoritas penduduk transmigrasi dari pulau jawa wonogiri. Sumatera yang
bergula jawa, seperti kain tapis nan bercorak batik. Begitulah
nuansa kentalnya kultur jawa di tanah tapis ini. benar benar diluar dugaan
perjalanan dan kehidupan di lampung, memberikan realita yang jauh dari
visualisasi ku sebelumnya. Aku tak berfikir ini tanah lampung, melainkan pulau
jawa.
Aku memang sedang menikmati sensasi dari perjalanan dan
pertualangan ini. tak pedui lumpur jalanan, tak ayal hutan Karet dan
perkebunan, tak memikirkan batu jalanan dan bendungan, tak mau tau dengan
kesepian disini, semuanya menyatu menjadi adonan kepuasan dan kebahagiaan.
Banyak, dan memang tak sedikit
yang memandang pilihan untuk masuk kepedalaman ini sebagai langkah tak berarah,
seolah takada pekerjaan lain, atau keterpaksaan mencari penghidupan di kota
yang mulai menyusut, komentar mereka beragam, dan mengkalkulasikan dengan
fasilitas yang ku tinggalkan. Aku tak peduli. Biarlah mereka dengan
komentarnya, tapi ini adalah kehidupan buatku.
Begitulah kawan, segarnya udara
kebebasan dan pertualangan ini, kau tak akan dapat menghirupnya sebelum kau
memutuskan untuk memilih hidupmu sendiri, menikmatinya, mensyukurinya dan
menjalaninya dengan cinta. Dan kehidupan
ini baru akan kau miliki bila kamu memutuskan untuk menjalani jalan mu sendiri.
ingat jalan mu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar