INDONESIA ITU MASIH KAYA
Oleh Nova Lestari
Guru model sekolah guru Indonesia
dompet dhuafa
Hidup
dan menjalani tugas ke daerah pelosok adalah sebuah impian besar saya semenjak masih
berstatus mahasiswa. Memang mengenal nusantara dari layar kaca saja bukanlah
sesuatu yang mampu memuaskan rasa ingin tahu saya akan ibu pertiwi ini.
seringkali saya pelajari dan saya lihat keragaman Indonesia yang mendunia.
Keragaman Indonesia dengan segala warna budaya yang menyelimuntinya, tidak
hanya suku bangsa, bahasapun begitu banyaknya, kita tidak perlu melakukan
perjalanan ber mil-mil, untuk melihat keragaman nya, bahkan dalam satu kilometer
saja sudah terdapat perbedaan bahasa logat dan adat kebiasaan di masyarakatnya,
begitulah kayanya Indonesia tercinta ini. keberagaman yang membuat saya jatuh
cinta dengan Indonesia, terlepas dari segala kemelut yang tengah menjeratnya,
Indonesia masih membuat saya bangga dan terpesona.
Kebersamaan
saya di sekolah guru Indonesia dompet dhuafa, membuat saya benar benar
merasakan betapa luas nya Negara ini. Di SGI saya berkesempatan mengenal
Indonesia secara personal, hidup berdampingan dengan orang dari beragam daerah
membuat saya tau bahwa, ternyata kemajemukan itu memang tak selamanya
melahirkan perbedaan semata, melainkan melalui perbedaan itulah saya melihat
karya seni yang tiada tara. Hari ini saya berada di Lampung. Sebuah negri yang
sering saya dengar akan tetapi belum pernah sekalipun saya singgahi. Memang
selama ini belum ada kesempatan khusus buat saya menjajakan kaki di negri gajah
ini. sebagai seorang guru yang akan di tempatkan di salah satu daerah
tertinggal di provinsi Lampung, saya ditugaskan di SDN 2 Serdang Kuring, di
kecamatan Bahuga kabupaten Way kanan, Lampung. Bahuga adalah salah satu
daerah yang berbatasan Lansung dengan
provinsi sumatera selatan, Palembang. Saat memasuki gerbang kecamatan bahuga,
mata saya lansung ditutupi oleh jejeran kebun karet yang ada di samping kiri
kanan jalan, karena memang salah satu komoditi daerah ini adalah karet. Kecamatan ini di huni oleh sebagian besar penduduk
transmigran dari jawa, dengan beragam agama,
dan saat ini saya tengah berada di rumah kepala sekolah SDN Serdang
Kuring yang beragama katolik.
Sungguh
sebuah pengalam luar biasa bagi saya, hidup di tengah keluarga yang sangat jauh
berbeda dari pribadi saya, baik secara suku maupun agama. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan tidur
dan makan dirumah keluarga yang memiliki keyakinan berbeda dengan saya yang
seorang muslim. Kehidupan dan pengalaman saya sebagai seorang muslim, sempat
membuat saya berfikir bahwa akan canggung berteman dengan orang yang berbeda
agama. Namun kali ini saya berada di tengah keluarga yang ramah dan bersahabat,
walaupun tak sama, pemikiran saya lansung tergantikan, dengan sebuah kesadaran
bahwan saya sama dengan mereka, memang bukand ari keyakinan, tapi satu bangsa
dan nusa.
Selam
7 hari akan saya habiskan di rumah ini, disalah satu kamar yang dinding-dindingnya
di hiasi dengan gambar dan patung yesus kristus, sesuai dengan keyakinan mereka.
Saya melihat toleransi yang amat besar dirumah ini. sebagai tuan rumah yang
berbeda agama, mereka sangat menghargai privasi dan pribadi saya sebagai
muslim. Bapak murtoyo dan istrinya,
sangat menghargai keyakinan saya, bahkan mereka sangat sadar kapan saya akan
sholat dan beribadah. Tak seperti yang saya khawatirkan, bahwa perbedaan
keyakinan akan menghalangi kelancaran tugas saya, bahkan sempat timbul semacam
under estimate akan keyakinan mereka, ternyata hal itu terhapuskan setelah saya
berada di tengah keluarga mereka, benar benar suatu anugrah bisa mengikuti SGI,
banyak hal mengalaman dan sejuta kejutan saya nikmati disini. Termasuk
mendapatkan keluarga baru.
Pengalaman
ini adalah salah satu hal yang beharga dalam hidup saya, disini saya merasa
bahwa sebenarnya Indonesia adalah Negara yang amat cerdas secara emosional,
karena bagi saya tidak mudah menghargai dan menerima perbedaan, termasuk
perbedaan keyakinan. segala kemajemukan
yang dimiliki Indonesia adalah salah satu bukti bahwa Indonesia tidak hanya
kaya materi melainkan juga kaya hati.
Sayangnya, dewasa ini media pemberitaan dan pendidikan
massa, tidak tertarik menyoroti kekayaan Indonesia, mereka terlalu sibuk menyuguhi
hidangan factual seputar sisi gelap bumi pertiwi. Memang tidak adda yang salah
akan tetapi ketidak seimbangan dalam hal pemberitaan tersebut membuat public,
khususnya masyarakat Indonesia sendiri
membenci bangsanya dan bahkan mampu membuat mereka kahilangan cinta
untuk Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar