Rabu, 26 Juni 2013



INDONESIA ITU MASIH KAYA
Oleh Nova Lestari
Guru model sekolah guru Indonesia dompet dhuafa

Hidup dan menjalani tugas ke daerah pelosok adalah sebuah impian besar saya semenjak masih berstatus mahasiswa. Memang mengenal nusantara dari layar kaca saja bukanlah sesuatu yang mampu memuaskan rasa ingin tahu saya akan ibu pertiwi ini. seringkali saya pelajari dan saya lihat keragaman Indonesia yang mendunia. Keragaman Indonesia dengan segala warna budaya yang menyelimuntinya, tidak hanya suku bangsa, bahasapun begitu banyaknya, kita tidak perlu melakukan perjalanan ber mil-mil, untuk melihat keragaman nya, bahkan dalam satu kilometer saja sudah terdapat perbedaan bahasa logat dan adat kebiasaan di masyarakatnya, begitulah kayanya Indonesia tercinta ini. keberagaman yang membuat saya jatuh cinta dengan Indonesia, terlepas dari segala kemelut yang tengah menjeratnya, Indonesia masih membuat saya bangga dan terpesona.
Kebersamaan saya di sekolah guru Indonesia dompet dhuafa, membuat saya benar benar merasakan betapa luas nya Negara ini. Di SGI saya berkesempatan mengenal Indonesia secara personal, hidup berdampingan dengan orang dari beragam daerah membuat saya tau bahwa, ternyata kemajemukan itu memang tak selamanya melahirkan perbedaan semata, melainkan melalui perbedaan itulah saya melihat karya seni yang tiada tara. Hari ini saya berada di Lampung. Sebuah negri yang sering saya dengar akan tetapi belum pernah sekalipun saya singgahi. Memang selama ini belum ada kesempatan khusus buat saya menjajakan kaki di negri gajah ini. sebagai seorang guru yang akan di tempatkan di salah satu daerah tertinggal di provinsi Lampung, saya ditugaskan di SDN 2 Serdang Kuring, di kecamatan Bahuga kabupaten Way kanan, Lampung. Bahuga adalah salah satu daerah  yang berbatasan Lansung dengan provinsi sumatera selatan, Palembang. Saat memasuki gerbang kecamatan bahuga, mata saya lansung ditutupi oleh jejeran kebun karet yang ada di samping kiri kanan jalan, karena memang salah satu komoditi daerah ini adalah karet.  Kecamatan ini di huni oleh sebagian besar penduduk transmigran dari jawa, dengan beragam agama,  dan saat ini saya tengah berada di rumah kepala sekolah SDN Serdang Kuring yang beragama katolik.
Sungguh sebuah pengalam luar biasa bagi saya, hidup di tengah keluarga yang sangat jauh berbeda dari pribadi saya, baik secara suku maupun agama. Tak pernah  terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan tidur dan makan dirumah keluarga yang memiliki keyakinan berbeda dengan saya yang seorang muslim. Kehidupan dan pengalaman saya sebagai seorang muslim, sempat membuat saya berfikir bahwa akan canggung berteman dengan orang yang berbeda agama. Namun kali ini saya berada di tengah keluarga yang ramah dan bersahabat, walaupun tak sama, pemikiran saya lansung tergantikan, dengan sebuah kesadaran bahwan saya sama dengan mereka, memang bukand ari keyakinan, tapi satu bangsa dan nusa.
Selam 7 hari akan saya habiskan di rumah ini, disalah satu kamar yang dinding-dindingnya di hiasi dengan gambar dan patung yesus kristus, sesuai dengan keyakinan mereka. Saya melihat toleransi yang amat besar dirumah ini. sebagai tuan rumah yang berbeda agama, mereka sangat menghargai privasi dan pribadi saya sebagai muslim.  Bapak murtoyo dan istrinya, sangat menghargai keyakinan saya, bahkan mereka sangat sadar kapan saya akan sholat dan beribadah. Tak seperti yang saya khawatirkan, bahwa perbedaan keyakinan akan menghalangi kelancaran tugas saya, bahkan sempat timbul semacam under estimate akan keyakinan mereka, ternyata hal itu terhapuskan setelah saya berada di tengah keluarga mereka, benar benar suatu anugrah bisa mengikuti SGI, banyak hal mengalaman dan sejuta kejutan saya nikmati disini. Termasuk mendapatkan keluarga baru.
Pengalaman ini adalah salah satu hal yang beharga dalam hidup saya, disini saya merasa bahwa sebenarnya Indonesia adalah Negara yang amat cerdas secara emosional, karena bagi saya tidak mudah menghargai dan menerima perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan.  segala kemajemukan yang dimiliki Indonesia adalah salah satu bukti bahwa Indonesia tidak hanya kaya materi  melainkan juga kaya hati.
Sayangnya,  dewasa ini media pemberitaan dan pendidikan massa, tidak tertarik menyoroti kekayaan Indonesia, mereka terlalu sibuk menyuguhi hidangan factual seputar sisi gelap bumi pertiwi. Memang tidak adda yang salah akan tetapi ketidak seimbangan dalam hal pemberitaan tersebut membuat public, khususnya masyarakat Indonesia sendiri  membenci bangsanya dan bahkan mampu membuat mereka kahilangan cinta untuk Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar